Kata-Kata Mutiara Dalam Novel Ahmad Fuadi

Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi - Ahmad Fuadi ialah Penulis, novelis, dan social entrepreneur. Novel perdananya Negeri 5 Menara mencetak rekor penjualan bagi penerbit Gramedia Pustaka Utama untuk 37 tahun. Negeri 5 Menara ialah satu dari trilogi Negeri 5 Menara, yang lalu diikuti oleh Ranah 3 Warna dan Rantau 1 Muara. Buku Negeri 5 Menara diubahsuaikan menjadi film layar lebar dan menjadi salah satu film yang paling banyak ditonton pada 2012. Fuadi juga dikenal atas prestasi akademiknya dengan mendapatkan sembilan beasiswa di luar negeri. 

 Menara mencetak rekor penjualan bagi penerbit Gramedia Pustaka Utama untuk  Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi
Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi

Berikut  Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi 


"Man jadda wajada
Siapa yang bersungguh - sungguh, akan berhasil"
— Ahmad Fuadi

"Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 

"Karena yang membatasi kita atas dan bawah hanyalah tanah dan langit."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1))  

"Man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Jangan risaukan penderitaan hari ini, jalani saja dan lihatlah apa yang akan terjadi di depan. Karena yang kita tuju bukan sekarang, tapi ada yang lebih besar dan prinsipil, yaitu menjadi insan yang telah menemukan misinya dalam hidup."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 

"Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kita lah yang harus berubah. Ingat anak-anakku, Allah berfirman, Dia tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, hingga kaum itu sendirilah yang melaksanakan perubahan. Kalau kalian mau sesuatu dan ingin menjadi sesuatu, jangan hanya bermimpi dan berdoa, tapi berbuatlah, berubahlah, lakukan ketika ini. Sekarang juga!"
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 

"Pasang niat kuat, berusaha keras dan berdoa khusyuk, lambat laun, apa yang kalian perjuangkan akan berhasil. Ini sunatullah-hukum Tuhan."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 

"Rugi jika stress, mending kita bekerja keras. Wali kelasku pernah memberi motivasi yang sangat mengena di hati. Katanya, jika ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apa pun, maka lakukanlah dengan prinsip 'saajtahidu fauzq mustawa al-akhar'. Bahwa saya akan berjuang dengan perjuangan di atas rata-rata yang dilakukan orang lain."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1))  

"Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua harapan ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. Kami berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara harapan kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar"
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 

"Man thalabal 'ula sahiral layali
Siapa yang ingin mendapatkan kemuliaan maka bekerjalah hingga larut malam"
— Ahmad Fuadi 

"Hidup sekali hiduplah yang berarti"
— Ahmad Fuadi 

"Resep lainnya ialah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa, dan takut alasannya ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan imbas luar."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1))  

"Merantaulah, kamu akan mendapat pengganti kerabat dan teman. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa sehabis lelah berjuang. (Imam Syafii)"
— Ahmad Fuadi (Rantau 1 Muara (Negeri 5 Menara, #3)) 

"Inti hidup itu ialah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa dan tawakkal. Ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang dan kaget."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1))  

"Tapi apa memang persahabatan bisa kendur alasannya jarak? Aku yakin inti persahabatan tentu tidak rusak, tapi jarak dan kawasan tidak bisa berdusta, berpisah secara fisik bisa merenggangkan keintiman persahabatan alasannya tidak lagi disirami oleh pertemuan, canda, dan diskusi *Ranah 3 Warna, halaman 36*"
— Ahmad Fuadi (Ranah 3 Warna (Negeri 5 Menara, #2)) 

"Kerahkan semua kemampuan kalian belajar! Berikan yang terbaik! Baru sehabis segala perjuangan disempurnakan berdoalah dan bertawakkal lah. Tugas kita hanya hingga perjuangan dan doa, serahkan kepada Tuhan selebihnya, ikhlaskan keputusan kepadaNya, sehingga kita tidak akan pernah stres dalam hidup ini. Stres hanya bagi orang yang berlum berusaha dan tawakal. Ma'annajah, good luck."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 
 
"Siapa yang menuntut ilmu dengan niat yang ikhlas, beliau mendapat kehormatan sebagai mujahid, pejuang Allah. Bahkan jika mati dalam proses mencari ilmu, beliau akan diganjar dengan gelar syahid, dan berhak mendapat derajat premium di alam abadi nanti. Tidak main-main, Rasulullah sendiri yang menyampaikan semoga kita menuntut ilmu dari orok hingga menjelang jatah umur kita expired. Uthlub ilma minal mahdi ila lahdi. Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1)) 
 
"Anak-anakku, ilmu bagai nur, sinar. Dan sinar tidak bisa tiba dan ada di kawasan yang gelap. Karena itu, bersihkan hati dan kepalamu, supaya sinar itu bisa datang, menyentuh dan menerangi kalbu kalian semua."
— Ahmad Fuadi (Negeri 5 Menara (Negeri 5 Menara, #1))  

"Kalau kita kondisikan sedemikian rupa, harapan itu lambat laun menjadi konkret . Pada waktu yang tidak pernah kita sangka sangka"
— Ahmad Fuadi (Ranah 3 Warna (Negeri 5 Menara, #2))


Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Ibunya guru SD, ayahnya guru madrasah.

Lalu Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi ajakan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor beliau bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat.

Gontor pula yang membukakan hatinya kepada rumus sederhana tapi kuat, ”man jadda wajada”, siapa yang bersungguh sungguh akan sukses.

Juga sebuah aturan baru: ilmu dan bahasa abnormal ialah anak kunci jendela-jendela dunia. Bermodalkan doa dan manjadda wajada, beliau mengadu untung di UMPTN. Jendela gres eksklusif terbuka. Dia diterima di jurusan Hubungan Internasional, UNPAD.

Semasa kuliah, Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti kegiatan Youth Exchange Program di Quebec, Kanada. Di ujung masa kuliah di Bandung, Fuadi mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of Singapore dalam kegiatan SIF Fellowship. Lulus kuliah, beliau mendengar majalah favoritnya Tempo kembali terbit sehabis Soeharto jatuh. Sebuah jendela gres tersibak lagi, Tempo menerimanya sebagai wartawan. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah para wartawan kawakan Indonesia.

Selanjutnya, jendela-jendela dunia lain bagai berlomba-lomba terbuka. Setahun kemudian, beliau mendapat beasiswa Fulbright untuk kegiatan S-2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya—yang juga wartawan Tempo—adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah ibarat insiden 11 September dilaporkan mereka berdua eksklusif dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi ketika beliau mendapatkan beasiswa Chevening untuk mencar ilmu di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Kini, penyuka fotografi ini menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.

Fuadi dan istrinya tinggal di Bintaro, Jakarta. Mereka berdua menyukai membaca dan traveling.

”Negeri 5 Menara” ialah buku pertama dari rencana trilogi. Buku-buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati. Dan menebarkan wangsit ke segala arah.
Setengah royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) yang menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.

Untuk berita lebih jauh, silakan klik www.negeri5menara.com, http://fuadi.multiply.com, http://duotravelers.wordpress.com,htt... dan laman Facebook penulis http://www.facebook.com/ahmad.fuadi1

Untuk menghubungi penulis, silakan email ke negeri5menara@yahoo.com .
Atau add "Ahmad Fuadi" di Facebook dan follow "fuadi1" di twitter

Itulah Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Semoga memotivasi dan menginspirasi :)

Tag : Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi,Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi, Kata-Kata Mutiara dalam Novel Ahmad Fuadi

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kata-Kata Mutiara Dalam Novel Ahmad Fuadi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel